MENGUATNYA PAMOR ANDROID
Google
yang dimotori oleh Larry Page dan Sergey Brin seakan tak pernah kehilangan ide
untuk menguasai dunia. Pada 2010, mereka terjun ke bisnis ponsel dan software
ponsel dengan meluncurkan sistem operasi khusus ponsel, Android. Sudah ada
ratusan jenis ponsel berbasis Android dari berbagai merek seperti HTC, Samsung,
LG, Motorola yang meramaikan pasar.
Diakui
atau tidak, Android kini menjadi ancaman serius bagi industri ponsel. Selama
bertahun-tahun bisnis ini dikuasai Nokia, Research In Motion (RIM), Apple dan
Microsoft. Nokia mengusung software Symbian, RIM mengusung Blackberry, Apple
dengan iOS-nya, adapun Microsoft menjagokan Windows Mobile (yang sekarang
bernama Windows Phone 7). Menurut data lembaga riset global dari AS, Gartner,
Nokia menguasai pasar sekitar 46 persen, sedangkan Windows memegang 8,7 persen.
Adapun BlackBerry dan Apple masing-masing menguasai 19,9 persen dan 14,4 persen
dari total pasar.
Google
yakin bisa mencuri pasar ponsel lewat Android. Resepnya sederhana, Google
membagikan Android secara gratis. Vendor seperti Samsung, LG, atau Motorola
boleh memakainya tanpa bayar untuk Android standar. Motorola misalnya sudah
mengusung Android dalam beberapa ponsel terbarunya. Sebab jika mereka ingin
menggunakan software Windows Phone, misalnya, mereka harus membayar lisensi US$
15 sampai US$ 25 (sekitar Rp 140 ribu sampai Rp 230 ribu) per ponsel.
Bayangkan, jika mereka memproduksi sejuta ponsel, berarti Rp 140 miliar lebih
disetor ke kantong Microsoft.
Potensi
yang dimiliki Android ini menghidupkan sejumlah harapan. “Android akan menjadi
lebih hebat pada lima tahun ke depan,” kata Sehat Sutardja, Chief Executive
Officer Marvell Technology Group, sebuah produsen cip ponsel di Amerika.
“Android kelak akan dipakai di alat-alat rumah tangga, seperti mesin cuci dan
TV.”
Harapan
yang besar terhadap potensi Android mulai terjawab dalam sejumlah laporan yang
dirilis oleh lembaga-lembaga riset. Pada tahun 2010 lalu, Android sudah berada
di posisi kedua membayangi Symbian. Bila pada 2009, Android tertanam dalam 6,7
juta perangkat dan menguasai 3,9 persen pasar global untuk sistem operasi, maka
pada 2010, Android melonjak menjadi 47 juta perangkat dan menguasai 17,7 persen
pangsa pasar dunia. Angka tersebut melampaui Research In Motion (RIM) untuk
BlackBerry, Apple, dan Microsoft. Lembaga riset Gartner memperkirakan, pada
2014, pangsa pasar ponsel Android akan mencapai 29,6 persen dari seluruh
penjualan sistem operasi ponsel dengan perkiraan sistem operasi android
tertanam di dalam 259.306 perangkat.
Sementara
Symbian akan menyumbang 30,2 persen. Gartner juga memperkirakan pada 2014
platform berbasis open source akan tetap mendominasi pasar ponsel pintar.
Single source platform, seperti iOSdari Apple dan Blackberry dari Research in
Motion, tidak akan berkembang.
Menguatnya pamor Android tidak lepas dari dukungan berbagai
vendor pada sistem operasi besutan Google itu. Vendor global seperti Motorola,
Acer, LG, HTC, dan Samsung, banyak menghadirkan berbagai produk yang mengusung
Android sebagai sistem operasinya. Vendor lokal, seperti Nexian dan Tiphone
pun, tidak ketinggalan turut terjun ke arena persaingan ponsel Android sejak
pertengahan 2010.
HTC misalnya, vendor asal Taiwan, terus menghadirkan beragam
produk dengan sistem operasi Android. Keseriusan HTC ini ditunjukkan lewat dua
produk terbarunya, HTC Desire HD dan HTC Desire Z. Keduanya menawarkan berbagai
aplikasi dari Android Market yang telah disempurnakan. HTC merupakan vendor
pertama yang membawa ponsel Android ke Indonesia melalui HTC Magic yang
mengusung Android versi 1.5 Cupcake.
Dari segi teknis, sebenarnya apa keunggulan Android dengan
sistem operasi ponsel lainnya seperti Windows Mobile dan iPhone? Jawabannya
bisa beragam. Namun, dari sekian banyak jawaban yang ada, sedikitnya ada
delapan kelebihan Android yang cukup menonjol dan kurang atau tidak dimiliki
oleh sistem operasi ponsel lainnya.
Pertama, dalam Android tertanam Google Maps yang rutin diperbaharui, mulai
dari petanya hingga tampilan antar mukanya. Bing Maps yang ada di Windows
Mobile cukup bagus namun tidak memiliki fitur selengkap Google Maps. Sedangkan
aplikasi peta dalam iPhone jarang diperbaharui sejak 2007. Alternatif lain ada
yakni membeli aplikasi peta di Apple Store dengan harga yang mahal dan bisa
memakan 1-2 GB kapasitas penyimpanan. Sedangkan aplikasi Google yang ada di
Android, nyaris tidak boros kapasitas penyimpanan karena disimpan dalam awan
(cloud). Menariknya lagi, bila kita membutuhkan peta secara offline,
aplikasinya bertebaran di Android Market. Bahkan HTC sudah menawarkan versi
gratis peta offline dalam ponsel-ponsel terbarunya.
Keunggulan Android lainnya adalah notifications bar, sebuah panel sistem
notifikasi yang memberitahu pengguna apa yang sedang terjadi di ponsel mereka.
Mulai dari e-mail masuk, sms, charge baterai, update aplikasi, aplikasi
terakhir yang pernah dibuka, status download, semua hal yang bisa Anda
pikirkan. Panel ini bisa ditampilkan bak layar yang ditarik ke bawah dan bisa
diakses dari semua jendela yang sedang aktif. Sedangkan Windows Phone 7
menyediakan notifikasi tapi harus menutup jendela yang sedang dibuka dan iPhone
menyediakan rangkaian notifikasi tetapi tidak bisa dikelompokkan dalam satu
jendela.
Kedua, bagi pengguna baru, Widgets yang ada di Android awalnya bisa
membingungkan. Namun, setelah mencobanya beberapa saat, Widgets menjadi salah
satu fitur Android yang sangat dibutuhkan. Dengan Widgets, pengguna bisa
menyetel sebuah halaman yang berisi berbagai macam, mulai dari sekadar shortcut
aplikasi, twitter dan facebook streams, RSS, daftar kontak, rak buku, jam,
hingga prakiraan cuaca. Widgets tambahan bahkan bisa didownload dari internet.
Dengan kata lain, pengguna bisa membuat sebuah ‘sistem navigasi’ sesuai selera,
per halaman. Bandingkan dengan iPhone yang cuma bisa memungkinkan pengguna
menaruh shortcut aplikasi dan melihat sejumlah notifikasi.
Ketiga, dari segi penyedia perangkat, Android lebih unggul. Bila pengguna
berada di Amerika, mereka terpaksa harus berurusan dengan AT&T bila
menggunakan iPhone, AT&T atau T-Mobile bila ingin menggunakan Windows Phone
7. Rencananya hal ini akan berubah di 2011, namun untuk saat ini, pengguna
tidak punya pilihan lain jika ternyata jaringan AT&T belum masuk ke
daerahnya atau pengguna terpaksa mengeluarkan uang untuk harga yang sebenarnya
kurang ia setujui. Sedangkan dengan Google, pengguna bisa membeli perangkat
sesuai budget tanpa harus terikat dengan satu provider.
Keempat, kelebihan lain perangkat berbasis Android adalah pengguna bisa
membuat wireless hotspot (tethering) lalu mengijinkan perangkat lain seperti
iPad dan laptop mengakses internet lewat jalur yang sama dengan perangkat Android
tersebut. Meskipun hal ini akan membuat biaya pemakaian internet bertambah,
namun jauh lebih nyaman dan mudah daripada harus membeli perangkat wireless
tersendiri. iPhone sebenarnya bisa ber-tethering namun cuma untuk laptop dan
harus bebas dari jail-breaking. Windows Phone 7 tidak bisa membuat wireless
hotspot sama sekali.
Kelima, dari segi ukuran layar, Android juga lebih unggul. Bila Anda ingin
iPhone, Anda cuma punya satu pilihan ukuran layar yakni 3.5 inch. Pada Windows
Mobile, banyak pilihan ukuran layar namun resolusinya mentok di 480x800. Dengan
Android, Anda bisa menemukan ponsel ramping seperti HTC Aria yang berlayar 3.2
inch HVGA atau ponsel dengan layar berukuran 4.3 inch seperti Motorola Droid
atau HTC Desire HD. Kalau 4.3 inch masih kurang, Anda bisa memilih Dell Streak
yang berukuran 5 inch.
Keenam, dari segi teknologi pengenalan suara. Windows Phone 7 memang
memiliki speech recognition dan iPhone punya aplikasi bernama Siri, namun tidak
terlalu terintegrasi dengan ponsel bila dibandingkan dengan ponsel berbasis
Android. Di Android, dari jendela mana saja, pengguna bisa menekan tombol
search selama beberapa detik dan menu pengenal suara sudah siap menunggu
perintah. Lewat menu ini, pengguna bisa menulis e-mail, SMS, memilih lagu,
bernavigasi ke lokasi tertentu dalam peta, menelepon, mencari sesuatu di
internet, hampir semuanya bisa dilakukan. Fitur ini sangat berguna jika Anda
sedang menggunakan ponsel di mobil atau sedang berjalan tanpa harus mengetik.
Ketujuh, dari segi akses menu, Android juga jauh lebih unggul. Android,
Windows Mobile dan iPhone sama-sama mempunyai tombol Home dengan fungsi yang
sama. Jika iPhone tidak menawarkan menu apapun, Windows Phone menawarkan tombol
search dan back, Android menawarkan tombol menu yang bisa langsung menampilkan
menu setting atau option milik aplikasi yang sedang dibuka. Ini memungkinkan
akses cepat untuk melihat setting apa saja yang ditawarkan oleh aplikasi yang
sedang dibuka tanpa harus lewat menu tersendiri seperti di iPhone. Tombol back
dan search yang ada di Android dan Windows sangat berguna untuk navigasi.
Kedelapan, kelebihan lain dari Android adalah potensinya untuk merambah
banyak perangkat seperti komputer tablet dengan layar berukuran 5 inch ke atas.
Semenjak Apple iPad dijual secara resmi Mei 2010 lalu, para kompetitor Apple,
seperti Samsung dan Dell masuk ke persaingan komputer tablet dengan mengusung
Android. Produsen komputer asal Korea Selatan, Samsung, misalnya hadir di
pasaran Indonesia lebih dulu dibanding iPad lewat Samsung Galaxy Tab yang
bersistem operasi Android.
Awal Mula Android
Andrew Rubin, atau lebih akrab dikenal dengan nama Andy Rubin
merupakan sosok di balik lahirnya sistem operasi Android. Vice President of
Engineering di Google ini sebelumnya pernah bekerja di Apple dan Microsoft.
Perjumpaan Rubin dengan Google berawal pada tahun 2002. Saat
itu, Rubin sedang memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan
Sidekick, sebuah perangkat pengakses data dengan kemampuan telepon. Perangkat
ini bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda serta mendapatkan informasi soal
benda itu dari Internet. Larry Page dan Sergei Brin, pendiri Google, kebetulan
ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas kuliah, Page menemui Rubin untuk
melihat Sidekick dari dekat. Rupanya, Page melihat, perangkat itu menggunakan
search engine Google. Pertemuan itu menjadi sebuah titik tolak bagi Page untuk
sebuah ide yang dalam beberapa tahun kemudian akan terwujud, sebuah ponsel Google.
Kurang lebih dua tahun setelah itu, Rubin kemudian mendirikan
Android. “Android berawal dari satu ide sederhana, sediakan platform mobile
yang tangguh dan terbuka sehingga bisa mendorong inovasi lebih cepat demi
keuntungan pelanggan,” ujar Rubin.
Pada Juli 2005, 22 bulan setelah Android berdiri, perusahaan
itu dibeli oleh Google. Rubin pun memilih untuk bergabung dengan Google. Selain
Rubin, Google juga meraup banyak orang-orang brilian dari Android. Ini termasuk
Andy McFadden (pengembang WebTV bersama Rubin, dan juga pengembang Moxi
Digital); Richard Miner (mantan Vice President di perusahaan telekomunikasi
Orange); serta Chris White (pendiri Android dan perancang tampilan serta
interface WebTV).
Bersama Google, Android melebarkan sayapnya. Perusahaan asal
Mountain View, California itu kemudian membentuk Open Handset Alliance untuk
mengembangkan perangkat bagi Android. “Google tak bisa melakukan segalanya. dan
kami tidak perlu itu. Itulah mengapa kami membentuk Open Handset Alliance
dengan lebih dari 34 rekanan,” ujar Rubin. Petarung kelas berat Android
termasuk Motorola, Samsung, dan HTC masing-masing melemparkan ponsel Android
andalan mereka ke pasaran. Di AS, Motorola Droid jadi salah satu senjata
Verizon Wireless melawan AT&T dengan iPhone-nya. Sedangkan Nexus One,
ponsel Android Google buatan HTC, hadir tanpa “ikatan dinas” pada satu operator
tertentu.
Perihal maskot Android yang berbentuk robot juga punya cerita
tersendiri. Sejak kecil, Rubin sudah memiliki minat besar pada segala hal yang
berbau robot. Di Carl Zeiss A.G., tempat pertama kali ia bekerja setelah lulus
kuliah, Rubin ditempatkan di sebuah divisi robotika, tepatnya pada komunikasi
digital antara jaringan dengan perangkat pengukuran dan manufaktur. Setelah
dari Carl Zeiss, ia sempat bekerja di bidang robot di sebuah perusahaan di
Swiss.
Berbagai Versi Android
Beberapa tahun sebelum masuk ke Indonesia, Android telah
lebih dahulu mencuri perhatian masyarakat Amerika. Android digagas dan dirakit
pada 2007, dan resmi di-launching serta dipasarkan oleh Google saat masa resesi
2008 silam. Pada momen pemulihan ekonomi di 2010, Google tidak menyia-nyiakan
kesempatan untuk memasarkan Android kepada masyarakat secara luas, salah
satunya pasar Indonesia yang sangat terbuka pada perkembangan teknologi.
Pada dasarnya, Android merupakan sistem operasi bergerak
(mobile) yang menggunakan versi modifikasi dari kernel Linux. Sistem ini bisa
didistribusikan secara terbuka (open source) sehingga programmer bisa membuat
aplikasi baru di dalamnya. Dengan Android, pengguna bisa mendapatkan beragam
fitur seperti penyimpanan, konektivitas, messaging, web browser, multimedia,
multi touch, bluetooth, video calling, multitasking, tethering, dan sebagainya.
Di sisi lain, Android juga memiliki sejumlah kekurangan, di
antaranya Android sangat tergantung pada koneksi internet. Bila digunakan tanpa
internet atau koneksi internet masih lemah/lambat, Android akan berfungsi
layaknya ponsel biasa.
Tak hanya itu, kecanggihan teknologi Android bila tak pandai
mengelolanya dengan baik, bisa membuat penggunanya kehilangan privacy, karena
semua data yang dimasukkan oleh pengguna akan tersimpan dalam Google Account,
bukan di ponsel. Maka, agar tidak terjebak, pengguna harus melakukan seleksi
terhadap rekan-rekan yang boleh mengintip profilnya di dunia maya.
Sejak Google merilis versi 1.0 pada 23 September 2008,
Android secara rutin mengalami pembaharuan (update) untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan dan menambah fitur-fitur baru. Pemberian nama untuk setiap
versi Android didasarkan pada nama-nama makanan penutup yang diurut berdasarkan
abjad.
1.5 Cupcake
Berbasis Linux Kernel 2.6.27. Rilis 30 Apr 2009
Berbasis Linux Kernel 2.6.27. Rilis 30 Apr 2009
Android Cupcake merupakan pembaruan dari versi 1.1 yang sudah
dirilis 9 Februari 2009. Pada versi ini, ditambah kemampuan untuk merekam dan
menonton video lewat camcorder mode, upload video ke YouTube dan upload foto ke
Picasa secara langsung dari perangkat, dukungan terhadap Bluetooth A2DP, mampu
terhubung secara otomatis ke perangkat bluetooth lainnya dalam jarak tertentu,
widgets dan folders baru, serta efek-efek transisi layar.
1.6 Donut
Berbasis Linux Kernel 2.6.29. Rilis 15 Sept 2009
Berbasis Linux Kernel 2.6.29. Rilis 15 Sept 2009
Pada versi ini, Android semakin ditingkatkan kemampuannya.
Seperti Android Market yang lebih baik ; kamera, camcorder dan gallery yang
terintegrasi ; Voice Search yang lebih baik dan lebih cepat ; dukungan
teknologi yang lebih luas terhadap CDMA/EVDO, 802.1x (Wi-Fi), VPN ; serta
dukungan terhadap layar beresolusi WVGA.
2.0 / 2.1 Eclair
Berbasis Linux Kernel 2.6.29. Versi 2.0 rilis 26 Okt 2009. Versi 2.1 rilis 12 Jan 2010
Berbasis Linux Kernel 2.6.29. Versi 2.0 rilis 26 Okt 2009. Versi 2.1 rilis 12 Jan 2010
Bila dibandingkan dengan versi-versi sebelumnya, Eclair
merupakan versi yang cukup banyak mengalami pengembangan. Pada versi ini Google
mengoptimalkan kecepatan hardware, dukungan terhadap layar dan resolusi yang
lebih banyak, tampilan antarmuka yang diperbaharui, daftar kontak baru,
dukungan HTML5 dan tampilan baru dalam browser, dukungan terhadap Microsoft
Exchange Server, dukungan lampu flash dan digital zoom untuk kamera, virtual
keyboard yang lebih baik serta fitur live wallpaper yang membuat wallpaper di
layar tampak hidup.
2.2 Froyo
Berbasis Linux Kernel 2.6.32. Rilis 20 Mei 2010
Berbasis Linux Kernel 2.6.32. Rilis 20 Mei 2010
Versi ini mendapat pembaharuan kembali sebulan setelah rilis
agar lebih baik. Perbaikan itu antara lain: kinerja sistem operasi dan hardware
semakin cepat ; USB tethering dan Wi-Fi hotspot ; fitur automatic update untuk
aplikasi Android Market, Voice dialing dan sharing kontak lewat Bluetooth ;
numeric and alphanumeric passwords ; meng-install aplikasi ke memori eksternal
; Adobe Flash 10.1 ; dan dukungan terhadap layar beresolusi tinggi seperti
4" 720p.
2.3 Gingerbread
Berbasis Linux Kernel 2.6.35.7. Rilis 6 Des 2010
Berbasis Linux Kernel 2.6.35.7. Rilis 6 Des 2010
Pada versi ini, Google memperbaharui desain tampilan
antarmuka ; dukungan terhadap layar dan resolusi lebih besar (WXGA ke atas) ;
efek audio baru seperti reverb, equalization, headphone virtualization, dan bass
boost ; fungsi copy-paste yang lebih luas ; download manager, power management
dan application control yang lebih baik ; dukungan audio, grafis dan input yang
lebih baik untuk game ; serta berpindah dari YAFFS ke ext4 filesystem.
3.0 Honeycomb
Rilis belum dapat dipastikan
Rilis belum dapat dipastikan
Pada versi ini, sejumlah fitur baru ditambahkan seperti
desktop 3 dimensi, akses ke 3 juta Google eBooks, dukungan terhadap video chat
lewat Google Talk, Google Maps 5 dengan interaksi 3 dimensi, browser dan
multi-tasking yang lebih baik. Untuk dapat menikmati versi paling baru ini
pengguna mesti memakai handset Android dengan layar 3,5 inchi dan RAM 512 MB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar